Sabtu (28/01/23), Sekolah Budi Bakti merayakan Festival Imlek bersama seluruh unit, mulai dari KB/TK, SD, SMP, dan SMA, beserta orang tua murid juga turut hadir. Perayaan Imlek ini menjadi salah satu momen spesial untuk kembali menjalin dan mempererat hubungan bersama keluarga besar Sekolah Budi Bakti.
Festival dikemas dengan special performance dari siswa-siswi Budi Bakti, mulai dari bermain drum, dance, instrument biola, menyanyi, dan akustik. Tak hanya itu, guru-guru dan siswa juga melakukan tarian flash mob secara bersamaan. Mereka tampak kompak dan sangat antusias hingga iringan lagu selesai diputar.
Acara semakin menarik dengan story telling yang menceritakan tentang asal-usul barongsai. Konon, ribuan tahun lalu ada sebuah monster yang bernama “Nian”. Untuk menakut-nakuti Nian, penduduk desa menggunakan lampu-lampu yang terang, mengeluarkan suara ledakan, hingga mengenakan pakaian berwarna merah.
Inilah awal mula tradisi Imlek yang masih dilakukan sampai saat ini. Tak heran, bila perayaan Imlek identik dengan warna merah, lampion, dan lampu-lampu gemerlap yang menjadi ciri khasnya.
Menurut kepercayaan Tionghoa, lampion dilambangkan sebagai penangkal kesialan, sementara merah sebagai bentuk harapan di tahun baru yang melambangkan kemakmuran dalam hidup, keberuntungan, serta kelimpahan rezeki. Warna merah pada angpao yang membungkus uang juga melambangkan kegembiraan, semangat, dan membawa nasib baik bagi penerimanya.
Penghujung Festival Imlek pun semakin meriah dengan penampilan 2 barongsai dan 1 liong dari Barongsai Dragon and Lion Dance Vihara Muladharma. Acara ditutup dengan memberikan angpao ke dalam mulut barongsai yang bermakna dapat mendatangkan rezeki bagi si pemberi angpao.
Tim Redaksi Sekolah Budi Bakti Samarinda-DMC